Istilah 'karamat' pada dasarnya merujuk pada tanah ulayat atau tanah adat, yang fungsi utamanya adalah sebagai sebuah area yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat sekitar, bukan individual.
Karamat Cisawah terletak di Dusun Cimanggeng-2, Desa Panulisan, Kecamatan Dayeuhluhur. Areal ini terletak agak jauh dari akses jalan sehingga tidak dapat dijangkau kecuali dengan berjalan kaki. Karamat ini dulunya terkenal karena kelebatan pohonnya dan dalam kondisi kemarau yang bagaimanapun lamanya tetap mengeluarkan air dalam jumlah banyak yang cukup untuk digunakan masyarakat sekitarnya.
Menurut keterangan Kepala Dusun setempat, Karamat Cisawah asalnya memiliki luas sekitar 600 ubin atau sekitar 8400 M2. Namun belakangan luasnya menyusut menjadi hanya sekitar 250-300 ubin (4200 M2) karena diserobot warga sekitar dan diklaim sebagai properti milik pribadi. Tajuk vegetasi di karamat itu secara umum juga sudah menurun drastis, sehingga berakibat menurunnya debit air yang dihasilkan dari karamat itu.
Juru kunci tanah karamat ini mengatakan bahwa ada cerita dibalik Karamat Cisawah. Dulunya, tempat itu merupakan salah satu tempat persinggahan 2 orang tokoh yang dikenal dengan sebutan Ratu Ider Buana dan Ratu Langlang Buana. Kisahnya kedua orang ini melarikan diri dari Cirebon pada waktu pengaruh Islam masuk ke wilayah Cirebon, sebab keduanya menolak masuk Islam. Selanjutnya keduanya membunuh patih Balambangan penguasa wilayah yang sekarang dikenal dengan nama 'Panulisan'. Kejadian ini memicu kekacauan di kalangan penduduk sehingga keduanya terpaksa melarikan diri lagi, dan beberapa tempat yang pernah disinggahinya kemudian menjadi karamat-karamat yang dikenal saat ini. Dikisahkan keduanya meninggal di suatu daerah yang sekarang dikenal dengan nama 'Kuta', suatu wilayah dengan aturan adat ketat yang terletak di tepi sungai Cijolang, perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat sekarang.
Kisah ini diturunkan dari mulut ke mulut sehingga akurasinya sulit detelusuri. Namun demikian cerita ini tetap lestari sampai sekarang.